"Mana mungkin lagi untuk ombak perasaan ini mampu menghempas pantai hatimu, Atiqah… kalau sudah ada benteng di situ?" - Daniel Wolfgang.
"Mengapa Danial, kau tetap tidak pernah jemu-jemu memerhati kamar hatiku ini dalam remang-remang cahaya lampu oren itu?" - Nur Atiqah.
Perjalanan hidupnya tidak seindah yang diharapkan. Dia hilang kasih dan terpinggir dari sayang seorang ayah. Dia lupa akan jati dirinya sebagai Danial Wolfgang. Dia rasa terpenjara dalam kehidupan ciptaannya sehinggalah dia bertemu… Nurnya.
Nur Atiqah, gadis Melayu yang hadir di tengah-tengah kelompok budaya yang berbeza. Datang dengan harapan untuk melunaskan satu cita-cita. Namun tanpa disedari dia juga tidak boleh menolak sebuah perasaan yang hadir dalam diam.
Stuttgart… di situ hati mereka ditemukan; pada saat putih salji yang jatuh menjadi saksi. Namun, rasa yang bertunas itu tersimpan dalam-dalam. Benarkah daun-daun mapel belum berhenti berguguran? Masihkan ada waktu untuk mereka merasai hadirnya musim bunga? Sedangkan mereka masih jua menyendiri dan membawa jauh-jauh rasa itu. Duka lara tiba lebih awal sebelum segalanya terjadi. Mampukan badai meleraikan pautan hati seteguh gunung salju itu? Mungkinkah kisah mereka bagaikan sungai-sungai yang pasti bersatu di muara?
No comments:
Post a Comment